Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Vol 2 Chapter 2

Baca Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 2 


TITIK LEMAH

Peristiwa buruk tidak berhenti sampai disitu. Keesokan paginya, saat wali kelas, Chiyabashira-sensei mendapat pengumuman.

"Aku memiliki pengumuman untuk kalian semua hari ini, ada sedikit masalah beberapa hari yang lalu, dia di sana, Sudou, dan beberapa siswa kelas C terlibat dalam sebuah insiden. Sejujurnya, ini adalah sebuah perkelahian."

Ruang kelas menjadi berisik.

Bergantung pada rincian perselisihan antara kedua kelompok, Sudou mungkin diskors dan poin kelas akan dikurangkan. Sensei menceritakan keseluruhan situasi ke kelas.

Chiyabashira-sensei sangat tidak memihak siapapun dan sama sekali tidak berekspresi di wajahnya dan ia memiliki kecantikan tertentu untuk itu.

Tanpa prasangka, dia menjelaskan posisi netral sekolah pada keseluruhan masalah.

"Eh ... kenapa masalah belum terselesaikan?"

Hirata mengajukan pertanyaan yang masuk akal.

"Keluhan diajukan oleh kelas C. Mereka mengatakan itu adalah pertarungan satu sisi, namun ketika kami bertanya kepada Sudou, dia mengatakan bahwa klaim mereka tidak benar. Dia mengatakan bahwa siswa kelas C memanggilnya keluar, membuat perkelahian... "

"Aku tidak bersalah, itu adalah pembelaan diri."

Menyatakannya tanpa rasa malu, Sudou menarik tatapan dingin teman-teman sekelasnya.

"Tapi kau tidak punya bukti, apa aku salah?"

"Bukti? aku tidak punya yang seperti itu."

"Dengan kata lain, kita belum tahu yang sebenarnya, karena situasinya sudah ditunda, hasilnya akan diputuskan siapa pelaku sebenarnya."

"Aku tidak tahu apa-apa kecuali aku tidak bersalah. Aku menginginkan uang untuk masalahku."

"Dia mengatakan itu dengan  egois, tapi seperti sekarang, tidak ada banyak hal yang dapat dipercayakan. Jika, seperti yang dikatakan Sudou, ada saksi mata, situasinya bisa berubah. Jika ada saksi dalam perkelahian, tolong angkat tanganmu."

Chiyabashira-sensei terus berbicara dengan suara acuh tak acuh. Tidak ada murid yang mengangkat tangan mereka.

"Sayang sekali Sudou, tapi sepertinya tidak ada seorang pun di sini yang merupakan seorang saksi."

"...Sepertinya begitu."

Ketika Chiyabashira-sensei menatap Sudou dengan tatapan ragu, dia menunduk menatap mejanya.

"Untuk mencari saksi, setiap guru memberi tahu kelas mereka tentang situasinya."

"Hah !? kau bilang semuanya !?"

Sekolah mungkin tidak bisa melakukan hal lain. Karena Sudou mengatakan kemungkinan ada seorang saksi, setiap kelas di sekolah harus diminta untuk menemukan orang yang seperti itu.

Bagi Sudou, yang bermaksud menyembunyikan kejadian itu, ini bukan situasi yang bagus.

"Bang**t…!"

Rencana Sudou untuk mempertahankan kejadiannya dalam kelompok kami sudah gagal.

"Bagaimanapun, itu saja, kemungkinan besar kita akan mendapat keputusan akhir pada Selasa depan, dengan mempertimbangkan ada tidaknya bukti yang ada. Pelajaran sekarang telah berakhir."

Chiyabashira-sensei meninggalkan ruangan, dengan Sudou yang pergi dengan cepat. Dia mungkin tahu bahwa dia akan marah kepada seseorang jika dia tinggal di ruangan itu.

"Hei, bukankah Sudou yang paling buruk?"

Yang pertama berbicara itu adalah Ike.

"Jika kita kehilangan poin karena Sudou, bukan berarti kita akan memiliki 0 poin lagi?"

Situasinya tidak terkendali saat kelas menjadi ricuh.

Jika kami akhirnya kehilangan poin, Sudou akan menjadi sasaran frustrasi kelas. Tentu, Kushida mencoba meringankan situasi.

"Hei, semuanya, bisakah kalian mendengarkan aku?"

Kushida mengambil kesempatan untuk menghentikan kegemparan dan mengubah situasinya.

"Seperti kata Sensei, Sudou-kun terlibat dalam perkelahian. Tapi Sudou-kun terseret ke dalamnya."

"Kushida-chan, dengan mengatakan 'diseret ke dalamnya', apa itu berarti kau percaya pada kata-kata Sudou?"

Kushida menceritakan kejadian kemarin kepada seluruh kelas. Tentang bagaimana dia yang menjadi reguler, dan bagaimana beberapa orang yang iri mencoba menendang Sudou keluar dari klub dan perkelahian yang dihasilkannya. Dia menjelaskan bahwa Sudou memukuli mereka untuk membela diri. Sebagian besar kelas mendengarkan kata-kata tulus Kushida dalam diam. Jika Sudou atau aku mencoba menjelaskan situasinya dengan cara yang sama, efeknya tidak akan sama.

Itu adalah cerita yang masuk akal, tapi mengingat tingkah lakunya yang biasa, tidak ada yang bisa mempercayainya dengan mudah.

"Aku ingin memohon lagi, jika ada yang mengenal seseorang di kelas ini, di antara temanmu, atau di antara senpaimu yang melihat apa yang terjadi, tolong katakan padaku, kau dapat menghubungiku kapan saja, aku akan menghargainya."

Meskipun dia mengatakan hal yang sama seperti Chiyabashira-sensei, kelas itu memiliki reaksi yang sama sekali berbeda.

Ini menarik bagaimana dia secara alami berbakat untuk dapat terhubung dengan orang lain.

Kelas terbungkus dalam keheningan. Orang yang memecah kesunyian bukanlah saksi mata, melainkan Yamauchi.

"Hei, Kushida-chan, aku tidak percaya cerita Sudou, kupikir dia membuatnya untuk membenarkan tindakannya sendiri. Selama sekolah menengah, dia terus berbicara tentang memukul orang. Dia bahkan mengajari kami tentang betapa menyenangkannya mengalahkan orang-orang. "

Dimulai dengan Yamauchi, seluruh kelas menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap Sudou.

"Sebelumnya, aku melihatnya menarik anak dari kelas lain hanya karena mereka bersenggolan di lorong."

"Aku melihatnya bertingkah keluar batas di kafetaria dan marah pada seseorang yang mencoba memperingatkannya."

Kata-kata Kushida tentang tindakan Sudou tidak sampai ke kelas. Kelas, merasa bahwa mereka akan kehilangan poin mereka yang susah payah dikumpulkan, semua membiarkan Sudou menguap.

"Aku ingin mempercayainya."

Pahlawan kelas, Hirata, berdiri seolah mendukung Kushida.

"Aku bisa mengerti jika seorang dari siswa kelas lain meragukannya, tapi aku pikir salah untuk meragukan teman. Sesama teman sekelas, tidakkah membantu seseorang yang membutuhkan teman-temannya untuk melakukan sesuatu?"

"Aku juga berpikir begitu ~"

Sambil menggosok poni ke samping, Karuizawa menindakinya.

"Jika itu tuduhan palsu, bukankah itu menjadi masalah? Bagaimanapun, akan sangat menyedihkan jika dia tidak bersalah."

Jika Kushida adalah pemimpin dengan hati yang lembut, Karuizawa adalah pemimpin yang berkemauan keras. Sebagian besar gadis menyuarakan kesepakatan mereka, yang tampaknya dipengaruhi oleh kehadirannya.

Ini adalah perilaku khas orang Jepang: mengikuti saat seseorang melakukan sesuatu secara asertif. Diam-diam, mereka mungkin menghinanya, tapi setidaknya mereka pura-pura membantu. Untuk saat ini, kritik terhadap Sudou berhenti.

Hirata, Kushida, dan Karuizawa. Ketiganya sangat populer.

"Aku akan bertanya kepada teman-temanku."

"Kalau begitu aku akan meminta senpaiku di klub sepak bola."

"aku akan bertanya-tanya juga."

Dengan ketiganya di tengah, usaha untuk membuktikan bahwa ketidakbersalahan Sudou dimulai.

Kurasa aku tidak perlu membantu. Akan lebih baik menyerahkannya kepada mereka.

Nah, waktunya untuk memudar dengan tenang.


--------------------------------------------

"Aku berencana untuk... menghilang, tapi..."

Istirahat makan siang. Untuk beberapa alasan, aku terlibat dengan kelompok yang biasa dan pergi ke kafetaria.

Anggota-anggotanya adalah aku, Kushida, Horikita, Ike, Yamauchi, dan Sudou.

Itu tak terelakkan. Saat makan siang tiba, Kushida mendatangiku dan bertanya, "Mau makan siang?" dengan senyuman. Aku tidak mungkin menolak, kan? jadi aku berkata, "Tentu!”...

"Kau sepertinya terlibat dalam satu masalah setelah yang lainnya, Sudou-kun."

Horikita mendesah putus asa.

Tentu, topik diskusi adalah bagaimana membuktikan bahwa Sudou tidak bersalah.

"Yah, mau bagaimana lagi, jadi kami akan membantumu sebagai teman, Sudou."

Meski awalnya dia memperlakukan Sudou sebagai orang jahat, sikap Ike berubah. Sudah pasti karena Kushida bergabung. Meski begitu, Sudou meminta maaf.

"Aku minta maaf karena telah menyebabkan masalah lagi Horikita, tapi aku bukan orang yang bersalah saat ini, aku benar-benar frustrasi pada bajingan kelas C itu."

Seakan itu masalah orang lain, Sudou berbicara dengan Horikita dengan nada acuh tak acuh.

"Aku minta maaf, tapi kali ini, aku sama sekali tidak ingin membantu."

Horikita segera menolak permintaan Sudou untuk meminta bantuan.

"Hal yang paling penting bagi kelas D agar bisa bangkit adalah dengan mengambil kembali poin yang kita hilang secepat mungkin. Namun, karena kau, mungkin kita tidak akan bisa mendapatkan poin. Dengan kata lain, kau baru saja mengacaukan rencana itu. "

"Tunggu sebentar, mungkin benar, tapi aku bukan orang yang bersalah, aku hanya memukul mereka karena mereka memprovokasiku duluan! Bagian mana dariku yang salah!?"

"Kau terus mengatakan bahwa mereka memulai perkelahian, tapi itu tidak lebih dari perbedaan sepele, apa kau tidak menyadarinya?"

"Sepele pala lu. Ini benar-benar berbeda, aku bukan orang yang harus disalahkan!"

"Begitukah? Baiklah, semoga sukses."

Meraih nampannya yang tak tersentuh, Horikita berdiri.

"Apa kau tidak akan membantu! Bukankah kita berteman !? "

"Jangan membuatku tertawa, aku tidak pernah menganggapmu sebagai teman, aku merasa paling tidak nyaman saat berada bersama orang-orang yang tidak menyadari betapa bodoh dan dungunya mereka. Selamat tinggal."

Horikita menghela napas, terlihat lebih jengkel daripada marah, dan meninggalkan ruangan.

"Ada apa dengan dia? Sialan! "

Karena tidak mampu melampiaskan kemarahannya di tempat lain, dia memukul meja kafetaria.

Aku melihat sup miso siswa terdekat itu tumpah. Aku melihat dia melotot pada Sudou, tapi terdiam saat melihat wajahnya. Dan aku mengerti bagaimana perasaannya.

"Aku kira kita harus puas dengan apa yang kita miliki"

"Aku tahu kau akan mengerti, Yamauchi, aku juga mengandalkanmu, Ayanokouji."

Sepertinya aku yang kedua dari Yamauchi. Yah, itu tidak terlalu mengejutkan.

"Bahkan jika kau memintaku untuk membantu, aku tidak dapat berbuat banyak, kau tahu?"

Ini tidak efektif untuk mencela diri sendiri setiap kali seseorang meminta pertolongan, sepertinya.

"Kau sudah pernah mengatakan itu sejak Ayanokouji-kun, Ike, katakan sesuatu."

"Tidak, tapi ... baiklah, aneh bagi Ayanokouji untuk mengatakan bahwa dia tidak akan berguna, yah... itu lebih baik daripada tidak berada di sana. Mungkin”

Seperti yang diharapkan, Ike tidak bisa menemukan bagaimana aku akan berguna.

Dengan wajah sombong, aku menatap Kushida. Seolah aku memamerkan kekuatan menjadi orang yang membosankan.

"Ini menyedihkan, aku pikir kita sangat akur ketika kita bersiap untuk ujian..."

Ike berkata dengan nada kecewa. Aku melihat Horikita duduk kembali di kejauhan, terlihat sedikit kesal.

"Aku sama sekali tidak mengerti dengan Horikita, ada apa dengan dia, Ayanokouji? Kenapa dia seperti itu?"

Aku tidak tahu jawaban atas pertanyaan itu. Apa aku adalah buku petunjuk untuknya? Untuk menghindari jawaban, aku mengisi mulutku dengan nasi.

"Aneh juga, Horikita-san ingin ke kelas A, kan? Jika kita menyelamatkan Sudou-kun, kelas akan menerima poin. Aku heran kenapa dia tidak mau."

"Bukankah karena dia tidak suka dengan Sudou? Dia bilang dia tidak menganggapnya sebagai teman."

Mengatakan itu tidak akan membantu ..

Mereka salah mengerti apa yang dia katakan sebelumnya karena ketidaksukaannya pada Sudou...

"Aku tidak ingin berpikir seperti itu, tapi aku rasa itu benar ..."

"Kushida, Horikita-"

Secara tidak sadar aku mulai berbicara. Kushida menatapku dengan penuh minat.

"Horikita-san?"

"Ah ... Ini mungkin tidak adaa hubungannya, tapi inilah pikiranku tentang ini: Aku pikir Horikita biasanya berbicara dengan cara yang kasar,Tapi aku juga berpikir kalian salah paham dengannya."

"Hah? Apa maksudmu?"

"Dia tidak akan membantu jika tidak ada alasan untuk melakukannya... menurutku."

"Apa yang kau maksud dengan, 'menurutku, menurutku' Apa kau hanya menebak-nebak?"

Sudou meledak dalam percakapan. Karena dia sadar akan Horikita, tidak sulit untuk mengerti bahwa dia tidak suka ditolak olehnya.

Horikita mungkin menyadari hal ini saat Chiyabashira-sensei bercerita tentang kejadian itu.

Ini terjadi karena suatu alasan. Dan akhirnya dia meramalkan... dengan kata lain, kemungkinan bahwa ini akan berakhir dengan hasil positif hampir tidak mungkin. Setelah menyadari hal itu, Horikita dengan sengaja bersikap dingin terhadap Sudou.

Jika dikatakan di sini, tidak akan banyak perbedaan karena hanya akan membuat mereka merasa berkecil hati. Tanpa mengetahui bagaimana segala sesuatunya akan berakhir, aku ragu untuk membalas ledakan Sudou.

Karena tidak ingin menuangkan air dingin ke dalam rencana mereka, Horikita mungkin tidak mengatakan apapun dan pergi.

"Yah... tebak seperti yang kaukatakan, Sudou."

"Kau bahkan tidak punya alasan untuk berpikir seperti itu?"

"Bagaimanapun, Horikita itu pintar, aku merasa dia sampai pada suatu kesimpulan yang membuatnya bertindak seperti itu."

"Sebuah kesimpulan? Ya, sebuah kesimpulan untuk meninggalkanku."

"Jangan menuduh orang lain, Sudou, wajar saja jika Ayanokouji-kun membela Horikita, karena dia selalu bersamanya setiap saat... Dia penting baginya, kau tahu?"

Ike menyindirku dengan senyum jahat di wajahnya.

Sudou menggigit lidahnya dan meraih nampannya, masih merasa kesal.

"Jika seseorang datang sebagai saksi, itu akan luar biasa. Karena para guru meminta kepada semua kelas, ini mungkin akan segera teratasi."

Aku mengerti ingin berpikir seperti itu, tapi apakah situasinya bisa dipecahkan dengan mudah?

Bagaimanapun, masalahnya serius. Ini tidak masuk akal bagi Horikita untuk menyerah. Akan menjadi sekakmat jika ada saksi, dengan asumsi ada satu di tempat pertama, berasal dari Kelas C. Akan wajar bagi kelas C untuk menyembunyikan kebenaran agar bisa melindungi diri mereka sendiri. Bagaimanapun, sekolah ini terdiri dari rengking. Tidak mungkin perasaan bersalah akan lebih besar daripada kerugian yang mungkin didapat kelas.

Tapi kalau saksi bukan dari kelas C, masalahnya adalah kemana harus mencari?

Jika itu adalah seseorang yang netral dan telah melihat situasi sejak awal, hasilnya mungkin berbeda.

"Ah, maaf, aku akan pergi sebentar, aku akan bertanya pada senpai yang baru aku lihat di sana."

Kushida berdiri dari kursinya.

"Kau melakukan yang terbaik untuk orang seperti Sudou, Kushida-chan. Itu mengemaskan."

Terpikat oleh punggung Kushida, Ike terpesona.

"Aku harus melakukan pengakuan serius pada Kushida-chan..."

"Tidak mungkin, kau pikir dia akan turun ke levelmu?"

"Aku memiliki kesempatan lebih baik dari kau."

Kedua anak laki-laki yang juga terpesona itu bertengkar.

"Jika aku berkencan dengan Kushida-chan... fufu."

Air liur menetes, Ike mulai berkhayal dengan pikiran tidak senonoh.

"Hei kenapa kau berkhayal tentang Kushida-chan ku?"

“Tidak..."

"khayalan apa yang kau pikirkan !? Bicaralah!"

Sepertinya dia kehilangan kendali.

"Apa maksudmu, apa? Tentu saja aku memikirkannya telanjang, tepat di sampingku. Dengan kata lain, berpelukan."


Entah bagaimana, seluruh adegan itu bisa dibayangkan sampai batas tertentu dengan sedikit kata-kata.

"Sialan, aku tidak akan kalah! aku juga memikirkan berbagai hal!"

Hei hei, itu juga tidak layak atau pun sesuai.

"Hentikan, jangan sentuh Kushida-chan-ku dengan tangan kotormu."

Dalam beberapa hal, Kushida tampak menyedihkan.

Dia mungkin menjadi objek fantasi beberapa anak laki-laki setiap malam.

"Seperti yang aku pikirkan, bagian terbaik tentang SMA adalah anak perempuan, aku sangat menginginkan pacar, jika aku memiliki pacar selama musim panas, aku bisa pergi ke kolam bersamanya! Itu akan menjadi yang terbaik!"

"Ini akan menjadi yang terbaik jika Kushida-chan adalah pacarku... itu akan menjadi yang terbaik jika dia adalah pacarku..."

Seakan itu sesuatu yang berharga, Yamauchi mengatakannya dua kali.

"Tapi karena Kushida-chan itu imut, bukankah dia akan mendapatkan pacar cepat atau lambat...?"

"Jangan berkata begitu, Yamauchi, sepertinya dia tidak punya pacar, jadi tidak masalah."

Ike membalas dengan percaya diri, meski sepertinya dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Apa kau ingin tahu? aku yakin kalian ingin tahu."

"Apa yang kau bicarakan, Ike? Katakan padaku."

Sambil mengatakan, "Yah, kurasa aku tidak bisa menahannya," Ike mengeluarkan teleponnya.

"Dengan menggunakan telepon yang kami dapatkan dari sekolah, kami benar-benar bisa melacak lokasi teman terdaftar."

Ike mencari lokasi Kushida saat dia mengatakannya.

Tak lama kemudian, telepon berkedip dengan informasi Kushida, menunjukkan bahwa dia berada di kafetaria.

“Aku selalu memeriksanya secara teratur, bahkan di akhir pekan, lalu aku berbicara dengannya, berpura-pura bahwa kita bertemu secara kebetulan, untuk memastikan bahwa dia tidak punya pacar."

Sambil menyilangkan lengannya, Ike memiliki ekspresi percaya diri di wajahnya, tapi yang dia lakukan tidak lebih dari menguntitnya.

Ini sudah pada tingkat di mana polisi biasanya akan melakukan campur tangan.

"Kenyataannya, Kushida-chan diluar jangkauan kita... dia tidak akan turun ke level kita. Mungkinkah jika aku lebih rendah...?"

"Ya ... yang pertama pacarku tidak boleh jelek..."

"Mereka harus setidaknya 70..."

Sepertinya kedua anak laki-laki itu mulai bermimpi mendapatkan pacar.

Khayalan liar mereka hancur, tapi mereka tidak bisa menyingkirkan harapan mereka yang tinggi.

"Ayanokouji, apa kau mengingkan pacar?"

"yah, kalau itu mungkin."

Jika aku bisa mendapatkan pacar hanya karena aku menginginkannya, aku tidak akan memiliki banyak kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain.

"Aku akan bertanya lagi, tapi apa kau yakin tidak merasakan apapun pada Horikita?"

Dia menyodorkan sumpitnya ke arahku sambil bertanya.

"Tidak, sungguh."

“Kau yakin?"

Dia bertanya lagi, sepertinya dia tidak mempercayaiku. Aku mengangguk kuat-kuat untuk mengerti maksudku.

"...Kalau begitu tidak masalah, kupikir kau menempel padanya, maksudku, itu akan merepotkan Horikita."

Aku tidak ingat pernah berpegangan teguh pada siapapun. Terutama pastinya bukan dia.

"Tapi apa kau tidak masalah dengan Horikita? Baiklah, dia imut, tapi... dia sangat membosankan, benarkan? Aku tidak akan bisa berdiri dengan seseorang seperti dia. Dia tidak mau pergi ke kolam renang atau pergi setiap hari."

"Aku tidak tahu, Horikita lebih baik dari Kushida."

Sudou mengangguk dua kali, tiga kali dan menyilangkan lengannya sambil merasa bangga dengan pilihannya.

"Jika seseorang tidak memiliki berhubungan, dia akan menolak untuk berkencan, tapi jika itu pacarnya, dia mungkin akan setuju, bukan? Dan dia akan menunjukkan ekspresi ke pacarnya bahwa dia tidak akan menunjukkan itu pada anak laki-laki lain."

"Aku mengerti... aku bisa membayangkannya juga, dia imut sekali."

Sambil melirik Horikita, yang duduk agak jauh, Yamauchi memasukkan khayalannya.

"Tapi Horikita sepertinya telah meninggalkanmu, Sudou."

"Itu ... baiklah, memang benar. Sialan, aku merasa sedih sekarang."

"Yah, aku tidak mengatakan apa-apa karena jumlah saingan Kushida-chan hanya menurun."

Sepertinya Ike memutuskan untuk mencari cewek di sekitar dada berukuran 70 sambil menjaga Kushida sebagai tujuan utamanya.

"Omong-omong, Ayanokouji, jika kau tidak menyukai Horikita, siapa yang kau suka? Sudou memiliki Horikita, Yamauchi memiliki Kushida-chan. Apa kau akan menjadi saingan?"

"Siapa…"

Tidak ada gadis khusus yang datang ke pikiranku.

Untuk beberapa saat, aku memikirkannya dengan serius. Jika aku memilih, maka... Kushida? Dia adalah orang yang paling banyak aku ajak bicara, jadi itu tak terelakkan. Tapi karena aku tahu dia tidak menyukaiku, aku belum benar-benar memikirkannya.

"Tidak ada siapa pun."

Namun, Ike dan Yamauchi mengirimiku tatapan ragu.

"Apa kau percaya bahwa ada orang yang tidak naksir pada seorang gadis?”

"Tidak ada yang seperti itu sama sekali, jangan disembunyikan, Ayanokouji."

"Tidak seperti kalian, aku belum pernah bertemu dengan banyak perempuan selain Horikita dan Kushida."

"yah, aku pikir aku belum benar-benar melihatmu berbicara dengan gadis lain."

Sangat menyedihkan bahwa itu benar.

"Harus aku memperkenalkanmu pada beberapa gadis?"

Sambil merangkul bahuku, Ike berbicara dengan percaya diri.

"Tidakkah menyedihkan jika kau mencoba mengenalkan beberapa gadis saat kau bahkan tidak punya pacar?"

"Uu... ya..."

"Sae-chan-sensei mengatakan bahwa kita akan berlibur di musim panas, kan? Aku pasti akan mendapatkan pacar kemudian Kushida-chan jika mungkin! Atau beberapa gadis imut lainnya!"

"Aku juga, aku juga! Bahkan jika dia yang terburuk, aku akan mendapatkan pacar... dan kemudian aku akan menjalani kehidupan sekolahku yang penuh cinta!"

"...Kapan aku harus mengaku pada Horikita..."

Mereka bertiga berbicara tentang gadis-gadis itu dalam pikiran mereka.

"Kita harus memiliki sebuah kompetisi untuk melihat siapa yang mendapatkan pacar terlebih dahulu. Orang pertama yang memiliki pacar akan mentraktir kita semua dengan makanan! Setuju?"

Sulit untuk memutuskan apakah aku adalah teman sejati dengan berpartisipasi dalam kompetisi seperti ini.

"Apa yang salah, Ayanokouji? Bagaimanapun, kau tidak akan mengatakan bahwa kau tidak akan berpartisipasi, bukan?"

"Tidak, aku hanya bertanya-tanya kenapa orang pertama yang mendapatkan pacar adalah orang yang mentraktir orang lain."

"Oh, aku mengerti, kau hanya cemburu, kan?"

"Seseorang yang mendapat pacar akan bahagia, karena mereka bahagia, mereka mentraktir semua orang. Perasaan seperti itu."

Meski mereka mulai bersemangat, masalah Sudou tetap ada.


--------------------------------------

Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok setelah sekolah.

Namun, sejak awal tidak banyak orang yang membantu.

Hirata dan Karuizawa memimpin tim Hero & perempuan sementara Kushida memimpin tim gadis cantik & Co.

Mereka telah memutuskan untuk mencari saksi sendiri.

Meski begitu, sulit mendapatkan hasilnya dalam waktu singkat.

Ada 400 siswa yang terdaftar di sekolah tersebut. Bahkan jika semua orang dari Kelas 1-D dikecualikan, tidak banyak perbedaan.

Akan sulit bahkan jika sepanjang waktu di pagi hari, istirahat dan sepulang sekolah disertakan.

"Baiklah, aku akan pulang."

"Apa kau benar-benar akan pergi Horikita-san?"

"Ya."

Horikita menjawab tanpa ragu dan meninggalkan kelas.

Seperti yang diharapkan dari Horikita. Dia tidak berkecil hati dengan tatapan sekitarnya, semua bertanya, "kau akan pergi?" Saat dia dewasa, dia mungkin tipe yang cepat meninggalkan pesta minum. berjanji untuk menyelesaikan semuanya pada pertemuan berikutnya tanpa membaca mood mereka.

"Baik…"

Jika taktik Horikita adalah berhenti di tempat terbuka, taktikku adalah pergi dengan diam-diam dalam bayang-bayang.

"Ayanokouji-kun."

Kushida memanggilku dengan suara cemas. Ukuran kelas yang kecil menghalangi pelarianku saat aku segera ditemukan terlepas dari langkah diamku yang tersembunyi.

"Apa itu? Apa kau butuh sesuatu dariku?"

Maaf, Kushida. Aku akan menolak undanganmu dengan segenggam baja. Dan kemudian aku akan kembali ke asrama.

"Kau akan... membantu, kan?"

"Tentu saja."

Aku tidak bisa menolaknya. Mata Kushida yang bersinar dan permintaannya yang imut ditambahkan kepada kombinasi yang mematikan.

Aku tidak bisa menahannya; Rasanya seperti sedang dikendalikan oleh Kushida. Aku tidak mampu melawan.

Jika seseorang memutuskan untuk tetap terjaga, mereka akan tertidur dalam 24 sampai 48 jam. Meskipun beberapa orang yang kadang-kadang mengklaim bahwa mereka dapat tetap terjaga untuk waktu yang lama tanpa tidur, mereka akhirnya akan runtuh.

Sederhananya, seseorang memiliki batas berapa lama mereka bisa bertahan. Ini adalah mekanisme manusia.

Setelah aku selesai memberikan alasan, Kushida memberi saran.

"Aku benar-benar ingin membuat Horikita-san untuk membantu saat ini. Bisakah kau bertanya padanya lagi?"

"Tapi dia pulang hari ini."

Mereka gagal menghentikannya beberapa saat yang lalu. Apa sudah saatnya balas dendam?

"Ya, apa kau bisa mengejarnya? Jika itu Horikita-san, aku pikir dia pasti akan sangat membantu."

"yah, itu benar."

"Jika kita meluangkan waktu untuk membujuknya, bukankah kita punya kesempatan?"

Jika dia ingin mencoba lagi, aku tidak punya hak untuk menghentikannya. Aku mengangguk, memberitahunya bahwa aku mengerti.

"Ike-kun, Yamauchi-kun, bisakah kauu tinggal di sini? Aku akan kembali dengan cepat."

"Baiklah."

Keduanya tidak sesuai dengan Horikita. Bagaimanapun, sepertinya Kushida tidak memaksa mereka untuk mengikutinya.

"Ayo pergi."

Dengan mengambil lengan Kushida, aku meninggalkan kelas. Aku ingin tahu perasaan pahit apa ini. Entah kenapa, aku mendengar suara Ike dan Yamauchi yang marah di belakangku. Pasti hanya imajinasiku. Heh.

Saat berjalan menuju pintu masuk gedung, tidak ada tanda-tanda Horikita. Aku memutuskan untuk keluar dari gedung. Karena dia bukan tipe yang harus dihentikan untuk apa pun dalam perjalanan pulang, dia mungkin langsung menuju asrama.

Aku mendorong melewati kerumunan siswa yang mengenakan sepatu mereka. Segera setelah itu, aku melihat Horikita di antara sekolah dan asrama (karena jaraknya tidak jauh dari tempat pertama).

Sebagian besar kelompok yang menuju ke belakang memiliki dua orang atau lebih, tapi ada sosok sendirian yang menonjol.

"Horikita-san."

Aku ragu sebelum berbicara dengannya, tapi Kushida memanggilnya dengan percaya diri.

"…Apa ini?"

Horikita berbalik, tampak sedikit terkejut. Sepertinya dia tidak mengharapkan kita mengejarnya.

"Aku sangat ingin Horikita-san membantu insiden Sudou-kun... apa itu tidak mungkin?"

"Kupikir aku sudah menolaknya beberapa menit yang lalu."

Dia mengangkat bahunya, seolah orang yang dia ajak bicara itu idiot.

"Aku tahu, tapi... Tapi aku pikir kita perlu melakukan ini untuk sampai ke kelas A."

"Kita perlu melakukan ini untuk ke kelas A, ya?"

terlihat sama sekali tidak yakin, Horikita tidak mendengarkan kata-kata Kushida.

"Jika kau ingin membantu Sudou-kun, teruskan saja, aku tidak punya hak untuk menghentikanmu, namun jika kau membutuhkan seseorang untuk membantu, tanyakan pada orang lain, aku sibuk."

"Tidak ada orang yang sedang bermain-main sekarang."

Aku tidak sengaja menjawab. Dia memelototiku, dengan mata yang berkata, "Kenapa kau berbicara?"

"Penting untuk menghabiskan waktu sendirian. Tidak nyaman jika waktu itu direnggut."

Seperti yang diharapkan dari pemikiran penyendiri, dia tidak suka menghabiskan waktu dengan orang lain.

"Bahkan jika aku membantunya sekarang, ini akan terjadi lagi, bukankah itu hanya lingkaran setan? kau mungkin percaya bahwa pada saat itu Sudou-kun adalah korbannya, tapi aku berpikir berbeda."

"Huh? ... bukankah Sodou-kun adalah korban? Akan menjadi masalah besar jika dia berbohong."

Kushida tidak mengerti apa kata Horikita.

"Mungkin memang kelas C yang memulai perkelahian kali ini, tapi pada akhirnya Sudou-kun juga pelaku."

Tolong berhenti berbicara dengan kesan yang aku mengerti.

Kushida menatapku dengan ekspresi bingung, seolah bertanya, “Kau tahu?"

Horikita, jangan katakan apapun yang tidak perlu... Dia kembali berjalan, menyiratkan bahwa kami dibiarkan menyelesaikan masalah ini. Kushida, setelah mengerti sesuatu dari kata-kata Horikita, tidak bisa menghentikan dia.

"Sudou-kun juga... pelakunya? Benarkah begitu?"

Kushida menatapku, meminta petunjuk.

Setelah Horikita mengungkapkan bahwa aku berpura-pura, bahkan jika aku mencoba berpura-pura tidak tahu, masa depan sepertinya meresahkan. Apalagi, jika Kushida bertanya dengan ekspresi imut, aku dengan senang hati akan memberinya informasi rekening bankku.

"Aku mengerti apa yang Horikita katakan, paling tidak, Sudou salah mengartikan di sini. Dia tipe orang yang mudah membenci orang lain, jadi dia memiliki perilaku kekerasan dan cenderung mengatakan ucapan sembrono kepada mereka yang memprovokasinya. kaget dan terkesan saat mendengar bahwa Sudou dianggap sebagai reguler. Dia terlihat bagus di basket, tapi kesombongan dan kebanggaannya pada akhirnya akan membuat beberapa orang, terutama mereka yang berlatih sama kerasnya, membencinya. Selanjutnya, ada rumor bahwa Sudou telah berkelahi sejak sekolah menengah, aku tidak mengenal siapa pun yang mengenal Sudou sebelumnya, tapi karena rumor tersebut telah beredar sejenak, pasti ada kebenaran untuk masalah ini. "

Kesan orang lain terhadap Sudou ternyata tidak bagus.

"Ini pasti akan terjadi cepat atau lambat, karena itulah Horikita mengatakan bahwa Sudou adalah pelaku juga."

"Dengan kata lain, tindakannya yang biasa menyebabkan situasi ini, bukan?"

"Yep. Selama dia terus memprovokasi orang-orang disekitarnya dengan tingkah lakunya, masalah ini tak terhindarkan, dan jika tidak ada bukti, citranya, terutama kesannya terhadap orang lain, akan digunakan untuk melawannya. Misalnya, katakanlah ada Dua tersangka kasus pembunuhan, salah satu dari mereka memiliki catatan pembunuhan sebelumnya, sementara yang lainnya jujur dan tekun. Siapa yang akan kau percayai? "

Jika seseorang terpaksa menjawab, mayoritas akan membuat pilihan yang sama.

"Itu jelas, orang yang jujur."

"Dengan atau tanpa bukti, sebuah keputusan harus dibuat, bahkan jika itu bukan kebenaran. Itulah yang terjadi sekarang. Selama Sudou tidak mengenali kesalahannya, Horikita tidak akan menyerah."

Namun, rasanya sedikit berbeda dengan ekspresi "kau menuai apa yang kau tabur."

"Begini, jadi itulah maksudnya..."

Kushida, akhirnya mengerti maksud Horikita, mengangguk kecil.

"Jadi Horikita-san tidak membantu untuk mengajar Sudou-kun pelajaran?"

"Sesuatu seperti itu, dengan menghukumnya, dia ingin Sudou memiliki kesadaran diri."

Kushida sepertinya mengerti, tapi tidak bisa menyetujuinya.

Sebaliknya, seperti dia gila; dia telah mengepalkan tangannya dalam kemarahan...

"Aku tidak mengerti kenapa dia akan meninggalkan Sudou-kun hanya untuk menghukumnya, jika dia tidak puas dengan sesuatu, dia harus memberitahunya secara langsung. Itulah yang fungsinya teman."

Kurasa Horikita menganggap Sudou sebagai teman pada awalnya... Dengan menyingkirkannya, dia bukanlah tipe orang yang akan mengajarkan hal ini dengan baik. Dia tidak memiliki rasa tanggung jawab untuk orang lain.

"kau harus melakukan apa yang kau yakini benar. Ingin membantu Sudou tidak salah."

"Ya."

Kushida mengangguk tanpa ragu. Dia adalah tipe yang membantu berkali-kali untuk teman-temannya. Sejujurnya, ini adalah hal yang sangat sulit dilakukan; sesuatu yang hanya orang-orang seperti Kushida yang bisa lakukannya.

"Namun, mungkin lebih baik untuk lebih berhati-hati saat memberi tahu Sudou secara langsung. Karena tidak ada gunanya jika dia tidak merenungkannya, dia seharusnya menyadarinya sendiri."

"Baiklah, aku akan mengikuti saran Ayanokouji-kun."

Mengubah garis pemikirannya, Kushida meregangkan punggungnya.

"Ayo kita cari saksi sekarang."

Setelah kembali ke kelas, aku bergabung dengan yang lain.

"Apa kau tidak bisa membujuk Horikita pada akhirnya?"

"Maaf, kami sudah mencoba."

"Ini bukan kesalahan Kushida. Kita seharusnya baik-baik saja dengan orang-orang yang kita miliki."

"Aku berharap bisa bekerja sama denganmu, Ike-kun, Yamauchi-kun."

Kushida berdiri di sana, matanya bersinar terang, meminta bantuan. Mereka berdua menatapnya dengan tatapan gila di mata mereka.

"Ke mana kita akan pergi?"

Melihat secara acak mencari saksi itu tidak efisien.

Mungkin akan lebih baik untuk membuat sebuah rencana sebelum bergerak.

"Jika semua orang baik-baik saja, bagaimana dengan meminta kelas B dulu?"

"Kenapa kelas B?"

"Karena mereka adalah kelas yang paling diuntungkan jika ditemukannya saksi."

"Maaf Ayanokouji-kun, tapi aku tidak begitu mengerti."

"Antara kelas D dan C, kelas mana yang menjadi hambatan bagi kelas B? Sederhananya, kelas mana yang lebih merupakan ancaman?"

"Tentu saja, ini kelas C. Jadi sebaiknya kita tanya kelas C, tapi kenapa tidak kelas A?"

"Pertama, hanya ada sedikit bukti. Kelas A tidak perlu memberikan bantuan dalam situasi yang tidak akan mempengaruhi mereka karena perselisihan ini terjadi di antara kelas C dan D."

Tentu saja, kami masih belum yakin apakah kelas B bisa dipercaya. Jika itu adalah seseorang yang licik, mereka mungkin punya rencana untuk mengalahkan kelas C tidak hanya itu tapi juga kelas D. Bahkan jika rencana mereka tidak begitu rinci, mereka akan memiliki semacam rencana.

"Baiklah, ayo kita ke kelas B!"

"Berhenti."

Dengan refleks aku menarik kembali kerah Kushida saat dia melangkah maju.

"Nya ~!"

Kaget, Kushida mengeluarkan jeritan seperti kucing.

"Moe ~!"

Ada love di mata Yamauchi ketika mendengar teriakan Kushida yang imut. Tindakan itu mungkin disengaja...

Meski kupikir itu, hatiku mati karena keimutan yang berlebihan.

"Ketrampilan komunikasi Kushida sangat penting disini. Namun, tidak sesederhana dengan santai memasuki kelas dan berusaha berteman.

"Apa begitu?"

Jika saksi itu adalah teman, atau akan membantu secara gratis, tidak akan ada masalah. Namun jika itu adalah orang yang lebih suka menghitung, mereka tidak akan setuju untuk membantu tanpa harga.

Kita tidak akan tahu apakah mereka akan membantu kita sampai kita berbicara dengannya. Bahkan jika kita mempertimbangkannya... apakah semuanya akan berjalan seperti yang diharapkan?

"Apa kau memiliki kenalan di kelas B?"

"Ya, hanya ada sedikit orang yang aku ajak bicara dan akur."

"Mari kita coba bertanya pada orang-orang itu dulu."

Kami tidak ingin kabar menyebar dengan cepat sehingga kami segera mencari saksi.

"Satu demi satu? Tidakkah lebih baik bertanya dengan mereka sekaligus?"

Ike sepertinya tidak menyukai strategi tidak langsung.

“Aku juga berpikir bahwa kita memandangnya sedikit terlalu negatif. Mungkin lebih baik bertanya kepada kelas B terlebih dahulu, tapi aku pikir lebih baik bertanya kepada banyak orang sekaligus. Kita mungkin tidak dapat menemukan saksi tepat pada waktunya. Jika kita melakukannya perlahan."

"Begini, itu benar, lakukan yang menurutmu paling baik Kushida."

"Maaf Ayanokouji-kun."

Kushida memegang kedua tangannya di depannya dengan nada meminta maaf. Tidak ada yang harus dia maafkan. Memang wajar pendapat kami tidak cocok, dan jika ada beberapa sudut pandang yang berbeda, kami harus memilih pendapat mayoritas. Aku menarik diri dan meninggalkan rencana itu ke Kushida dan yang lainnya. Tanpa diduga, aku merasakan tatapan seseorang padaku dan melihat ke belakang.

Hanya sekitar sepertiga kelas yang tetap berada di kelas.

Sepertinya tidak ada yang salah.

Paling tidak, aku tidak bisa menentukan apa yang menggangguku.


-------------------------------------------


Kelas pertama yang kami kunjungi terasa sedikit aneh. Meski memiliki tata letak dasar yang sama, rasanya kami sampai di tempat yang sama sekali berbeda. Aku mengoreksi kesalahpahaman awalku bahwa sebuah rumah dan game hanya sedikit berbeda. Karena kami tidak tahu apakah kelas akan menjadi musuh atau sekutu, kesan awal kami terhadap kelas juga berbeda. Bahkan Ike dan Yamauchi pun kaget; mereka tidak bisa bergerak dari ambang pintu.

Menjadi satu-satunya yang tidak terpengaruh, Kushida mulai berbicara dengan teman-temannya sambil tersenyum saat dia memasuki kelas. Sungguh sebuah sikap yang luar biasa. Dia bisa dengan mudah mengobrol dengan teman-temannya tanpa memandang jenis kelamin mereka, mirip dengan bagaimana dia bertingkah laku di kelas D. Aku tidak akan bisa melakukan hal yang sama.

Keduanya yang paling cemburu adalah Ike dan Yamauchi. Kushida sedang berbicara dan bersenang-senang dengan orang-orang yang jelas lebih menarik.

"S-Sialan! Terlalu banyak cowok yang mengincar Kushida-chan-ku!"

Apa maksudmu... Jenis kalimat apa itu?

"Jangan panik Ike, tidak apa-apa Kita punya keuntungan: kita berada di kelas yang sama dengan Kushida-chan!"

Merasa kesal, dua orang sombong itu saling menghibur. Meski hanya ada 10 orang di ruangan itu, Kushida mulai menjelaskan situasinya kepada mereka yang berada di sana.

Suasana Kelas B terasa sama dengan Kelas D, tentu bukan orang yang diharapkan dari sekelompok mahasiswa kehormatan. Ini sama sekali tidak kaku dan bertentangan dengan bagaimana aku membayangkannya, ada orang-orang yang mewarnai rambut mereka sementara beberapa gadis mengenakan rok yang terlalu pendek.

Kurasa kau tidak bisa menilai buku dari sampulnya. Atau adakah sesuatu selain kemampuan akademis bahwa Kelas B lebih baik daripada Kelas D? Sistem sekolah ini masih memiliki banyak misteri.

Sangat menyusahkan memikirkan hal-hal ini.

Karena ini adalah tugas Kushida, aku meninggalkannya untuk mengurus semuanya.

Berusaha tidak diperhatikan oleh yang lain, aku mundur beberapa langkah dari ambang pintu.

"Aku ingin pulang ke rumah…"

Aku tidak ingin mereka mendengarku mengeluh kepada diri sendiri.

Di lapangan, aku melihat trek dan lapangan lari lap di sekitar trek.

Karena AC-nya nyaman, aku tidak merasa ingin pergi ke luar.

"Klub olahraga itu pasti bekerja keras."

Setelah selesai mengintai kelas B, Ike bergabung denganku sambil memandang ke luar jendela. Dia orang yang berubah-ubah; Penantian ini pasti membosankan baginya.

"Orang yang berpartisipasi dalam kegiatan klub itu bodoh."

"Ada apa dengan pikiran yang tiba-tiba ini? kau tahu bahwa mengatakan hal-hal semacam itu akan mengubah separuh sekolahmu, benarkan?"

Aku tidak tahu jumlah pasti, tapi aku memperkirakan sekitar 60 sampai 70 persen siswa berpartisipasi dalam kegiatan klub,

"Dimana kebajikan dalam rejimen latihan yang keras? Jika mereka suka berolahraga, mereka seharusnya melakukannya sebagai hobi."

Aneh rasanya menganggap aktivitas klub semata-mata sebagai keuntungan atau kekurangan.

Berpartisipasi di klub memiliki manfaatnya. Seseorang bisa bersosialisasi dengan orang lain, sekaligus mengalami kesuksesan dan kegagalan. Ini adalah pengalaman yang tidak termasuk dalam akademisi. Selanjutnya, anggota klub ‘pulang ke rumah’ tidak akan mendapat keuntungan berada di klub.

"Aku rasa."

Aku menunggu laporan Kushida selama beberapa menit berikutnya, tapi aku tidak mendapatkan apa yang kuharapkan.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel