Light Novel Arifureta Shokugyou de Sekai Saikyou Bahasa indonesia Chapter 13
Light Novel Arifureta Shokugyou de Sekai Saikyou Bahasa indonesia Volume 1 Chapter 13
JALAN UNTUK MELOLOSKAN DIRI
"Sialan, tidak ada apa-apa…"
Tiga hari setelah membunuh si beruang, Hajime telah mencari-cari jalan keluar menuju lantai yang lebih tinggi. Dia telah mencari sekitar 80% dari lantai ini. Setelah memakan si beruang, statusnya telah meningkat. Tidak ada lagi pertanyaan di sini, dia telah menjelajahi secara meluas area ini dengan cepat. Tapi, tidak ada yang ditemukan meskipun dia telah mencarinya habis-habisan.
Tidak, mengatakan bahwa dia tidak menemukan apapun adalah hal yang keliru. Hajime telah menemukan tangga dua hari yang lalu; yang menurun ke tingkatan yang lebih rendah. Sebuah lantai seharusnya selalu memiliki sebuah tangga yang menuju ke permukaan, tapi yang satu ini sepertinya tidak memilikinya.
Kenapa tidak membuat sebuah jalan menuju lantai tingkat lebih tinggi? Metode ini diabaikan setelah dicoba. Dalam jarak tertentu, transmutasinya tidak berhasil pada dinding. Sementara pada lantai, dia dapat dengan bebas mentransmutasi. Namun bagian paling atas dan bawah lantai memiliki semacam perlindungan. "Orcus Dungeon" ini diciptakan pada masa kuno dan penuh dengan misteri. Saat dia menemui apapun yang baru, itu bukan hal yang mengejutkan.
Karena inilah dia mencari sebuah jalan keluar, tapi dia harus membuat keputusan kalau dia tidak menemukannya. Untuk menjelajah lebih dalam Dungeon ini atau tidak.
"…Jalan buntu? Pada saat ini aku telah mencari di seluruh jalur-jalur bercabang ini. Aku bertanya-tanya apa yang terjadi."
Hajime memutuskan untuk berhenti mencari jalan keluar dan menarik napas dalam-dalam saat berpikir begitu. Dia meneruskan untuk maju menuju ruangan yang memiliki tangga menuju semakin dalam ke Dungeon tersebut.
Tangga-tangga itu terlihat dibuat dengan payahnya. Akan lebih tepat untuk mengatakan ini sebuah lereng yang tidak rata, daripada disebut tangga. Dia melihat tangga tersebut dan menyadari bahwa tempat tersebut memancarkan sebuah suasana yang mengerikan; dengan kegelapan total di mana tidak ada Green Light Stone. Seperti mulut seekor monster besar yag sedang melahapnya, Hajime merasa bahwa sekali dia masuk ke sana, tidak ada jalan untuk keluar.
"Ha! Ayo lakukan! Semua yang menghalangi jalanku, akan kubunuh dan kumakan!"
Sambil memikirkan ide semacam itu, Hajime tertawa mendengus dan tersenyum. Dia melangkah menuju ke kegelapan tersebut tanpa ragu-ragu.
Keadaan di tingkat itu sangatlah gelap. Meskipun hal tersebut sudah diperkirakan dari sebuah dungeon yang ada bawah tanah, tapi semua lantai yang sudah dia kunjungi sebelumnya memiliki Green Light Stones di dalamnya. Bukan berarti dia sama sekali tidak dapat melihat. Di lantai ini, dia sama sekali tidak memiliki sumber cahaya. Hajime memilih untuk beristirahat sedikit untuk membiarkan matanya terbiasa dengan kegelapan. Dia mengira akan melihat lebih banyak lagi, tapi tidak ada bedanya. Dia memutuskan untuk mengeluarkan lampu Green Stone-nya yang merupakan hasil improvisasi sebelumnya. Benda tersebut terhubung dengan sebuah kabel yang terbuat dari rambut beruang.
Adalah sebuah tindakan bunuh diri dengan memiliki sebuah cahaya dalam kegelapan kalau ada seekor monster yang tertarik dengan hal tersebut. Akan tetapi, dia tidak dapat melanjutkan kalau dia tidak dapat melihat. Hajime tidak ingin menyibukkan tangan satu-satunya untuk memegangi lampu itu, jadi dia mengikatkannya pada siku kirinya.
Dia merasa bahwa ada sesuatu yang bercahaya di kedalaman lorong saat dia berjalan sedikit. Hal tersebut membuatnya meningkatkan kewaspadaan hingga ke tingkat maksimal. Maju lebih jauh sambil bersembunyi sebisa mungkin, dia merasakan sebuah tanda tidak menyenangkan di sisi kirinya. Dia mengarahkan lampunya ke arah tersebut. Seekor kadal kelabu dengan panjang sekitar 2m sedang menempel pada dinding, memelototi Hajime dengan matanya yang keemasan.
Mata keemasan tersebut mulai bercahaya. Pada detik itu,
"Ugh!?"
Lengan kiri Hajime mulai mengeluarkan suara aneh dan menyadari bahwa lengan tersebut membatu. Saat itu juga, lampu yang terikat pada lengannya juga segera membatu sepenuhnya, dan pecah menjadi jutaan keping. Dengan sumber cahaya yang menghilang, kegelapan menguasai area itu lagi. Proses membatu di sisi kirinya telah mencapai bahunya.
Hajime mendecakkan lidahnya sambil mengeluarkan sedikit air suci dari sarung senjata di dadanya, yang terbuat dari rambut monster dan kabel. Seperti yang diduga, proses membatu itu berhenti dan dengan cepat lengan kirinya kembali normal.
Pasti makhluk itu yang telah melakukannya! Dia mengutuk dalam hati, dan mengeluarka sebuah granat cahaya dari kantung pinggangnya. Hajime melemparkanny ke arah kadal bermata emas itu. Pada saat yang sama, mata keemasan tersebut mulai bercahaya lagi dalam kegelapan. Hajime meninggalkan area tersebut menggunakan "Flicker" dan tidak melihat tatapan makhluk tersebut. Batu di belakang di mana Hajime tadinya berada, berubah warna. Segera, batu tersebut rontok seakan layu. Wicked Eyes of Petrification, itulah yang Hajime kaitkan dengan mata keemasan tersebut. Kadal ini seperti seekor basilisk yang sering dilihat di permainan RPG.
Hajime menutup matanya sambil mengeluarkan Donner dan mengacungkannya.
Bang! Sekelilingnya dipenuhi dengan cahaya benderang saat granat cahaya tersebut padam.
"Ku—ua!"
Untuk makhluk yang tumbuh besar dalam kegelapan, ini adalah pertama kalinya baginya untuk mendapatkan cahaya sebanyak itu, dan hal tersebut membingungkannya. Sosok dari basilisk yang bingung itu muncul dari dalam kegelapan. Hajime menembak tanpa berpikir. Dia membidik dengan baik dan segera peluru tersebut menemukan targetnya di tengkorak basilisk itu. Isi otaknya menyembur ke dinding saat kepalanya meledak menjadi potongan-potongan kecil. Peluru itu terus menembus kepala ke dinding, dan suara batu-batu yang terbakar dapat terdengar. Karena kekuatan elektromagnetik yang digunakan untuk mempercepat peluru, tempat yang terkena serangan mengeluarkan temperatur tinggi. Itu adalah hawa panas yang hebat. Saat ini, hanya bijih logam Tauru yang dapat menahannya.
Hajime mendekati basilisk tersebut sambil tetap waspada dengan sekelilingnya. Dengan cepat dia mengiris daging dari bangkai monster itu dan meninggalkan area tersebut. Dia tidak merasa aman untuk makan di area dengan begitu sedikit yang dapat dilihat. Hajime memutuskan untuk terus maju dan melanjutkan pencariannya untuk sementara ini.
Dia menelusuri selama berjam-jam tapi dia tidak dapat menemukan tangganya. Banyak bijih logam yang terkumpul dan monster yang dibunuh selama ini. Karena merepotkan untuk membawa semuanya, dia membuat sebuah pangkalan untuk dirinya sendiri.
Saat dia menemukan tempat yang pas, dia menggunakan transmutasinya untuk menciptakan sebuah ruang. Dia dapat membuat pangkalannya tanpa masalah sedikit pun. Hajime terus mentransmutasi sampai dia mendapatkan ruangan seluas 6 tatami1. Tidak lupa, dia menempatkan sebuah bijih pucat sebesar bola basket di ceruk lubang di dinding. Bijih ini adalah God's Crystal. Di bawah bijih tersebut ditempatkan sebuah wadah untuk menampung tetesan airnya.
Hajime mulai menyebut kristal ini sebagai "Potion Stone" dan air sucinya sebagai "Potion". Itu benar-benar sama halnya dengan yang ada di game, tapi efeknya lebih kuat.
"Yah, ayo makan."
Hajime mengeluarka daging dari ranselnya. Dia menggunakan kekuatan petirnya untuk memasak daging-daging tersebut. Menu hari ini adalah daging basilisk, seekor burung hantu dengan bulu yang seperti senapan, dan seekor kucing berkaki enam. Tanpa bumbu.
"Selamat makan."
Setelah sesaat memakannya, rasa sakit mulai muncul di tubuhnya. Tubuhnya sedang diperkuat. Kelihatannya monster-monster ini lebih kuat dari si beruang. Sudah jelas bahwa lingkungan dan kegelapan membuatnya menjadi menyusahkan. Hajime tidak benar-benar merasakannya karena Donner dapat meledakkan siapapun mereka.
Meminum "Potion", dia meneruskan makan sambil mengabaikan rasa sakitnya. Rasa nyeri bayangan kembali muncul dan semakin terasa kuat.
"Nyam, fyuuh—. Terima kasih atas makanannya. Nah sekarang, Status…"
Dia mengeluarkan Status Platenya saat berkata demikian. Statusnya saat ini adalah…
JALAN UNTUK MELOLOSKAN DIRI
"Sialan, tidak ada apa-apa…"
Tiga hari setelah membunuh si beruang, Hajime telah mencari-cari jalan keluar menuju lantai yang lebih tinggi. Dia telah mencari sekitar 80% dari lantai ini. Setelah memakan si beruang, statusnya telah meningkat. Tidak ada lagi pertanyaan di sini, dia telah menjelajahi secara meluas area ini dengan cepat. Tapi, tidak ada yang ditemukan meskipun dia telah mencarinya habis-habisan.
Tidak, mengatakan bahwa dia tidak menemukan apapun adalah hal yang keliru. Hajime telah menemukan tangga dua hari yang lalu; yang menurun ke tingkatan yang lebih rendah. Sebuah lantai seharusnya selalu memiliki sebuah tangga yang menuju ke permukaan, tapi yang satu ini sepertinya tidak memilikinya.
Kenapa tidak membuat sebuah jalan menuju lantai tingkat lebih tinggi? Metode ini diabaikan setelah dicoba. Dalam jarak tertentu, transmutasinya tidak berhasil pada dinding. Sementara pada lantai, dia dapat dengan bebas mentransmutasi. Namun bagian paling atas dan bawah lantai memiliki semacam perlindungan. "Orcus Dungeon" ini diciptakan pada masa kuno dan penuh dengan misteri. Saat dia menemui apapun yang baru, itu bukan hal yang mengejutkan.
Karena inilah dia mencari sebuah jalan keluar, tapi dia harus membuat keputusan kalau dia tidak menemukannya. Untuk menjelajah lebih dalam Dungeon ini atau tidak.
"…Jalan buntu? Pada saat ini aku telah mencari di seluruh jalur-jalur bercabang ini. Aku bertanya-tanya apa yang terjadi."
Hajime memutuskan untuk berhenti mencari jalan keluar dan menarik napas dalam-dalam saat berpikir begitu. Dia meneruskan untuk maju menuju ruangan yang memiliki tangga menuju semakin dalam ke Dungeon tersebut.
Tangga-tangga itu terlihat dibuat dengan payahnya. Akan lebih tepat untuk mengatakan ini sebuah lereng yang tidak rata, daripada disebut tangga. Dia melihat tangga tersebut dan menyadari bahwa tempat tersebut memancarkan sebuah suasana yang mengerikan; dengan kegelapan total di mana tidak ada Green Light Stone. Seperti mulut seekor monster besar yag sedang melahapnya, Hajime merasa bahwa sekali dia masuk ke sana, tidak ada jalan untuk keluar.
"Ha! Ayo lakukan! Semua yang menghalangi jalanku, akan kubunuh dan kumakan!"
Sambil memikirkan ide semacam itu, Hajime tertawa mendengus dan tersenyum. Dia melangkah menuju ke kegelapan tersebut tanpa ragu-ragu.
Keadaan di tingkat itu sangatlah gelap. Meskipun hal tersebut sudah diperkirakan dari sebuah dungeon yang ada bawah tanah, tapi semua lantai yang sudah dia kunjungi sebelumnya memiliki Green Light Stones di dalamnya. Bukan berarti dia sama sekali tidak dapat melihat. Di lantai ini, dia sama sekali tidak memiliki sumber cahaya. Hajime memilih untuk beristirahat sedikit untuk membiarkan matanya terbiasa dengan kegelapan. Dia mengira akan melihat lebih banyak lagi, tapi tidak ada bedanya. Dia memutuskan untuk mengeluarkan lampu Green Stone-nya yang merupakan hasil improvisasi sebelumnya. Benda tersebut terhubung dengan sebuah kabel yang terbuat dari rambut beruang.
Adalah sebuah tindakan bunuh diri dengan memiliki sebuah cahaya dalam kegelapan kalau ada seekor monster yang tertarik dengan hal tersebut. Akan tetapi, dia tidak dapat melanjutkan kalau dia tidak dapat melihat. Hajime tidak ingin menyibukkan tangan satu-satunya untuk memegangi lampu itu, jadi dia mengikatkannya pada siku kirinya.
Dia merasa bahwa ada sesuatu yang bercahaya di kedalaman lorong saat dia berjalan sedikit. Hal tersebut membuatnya meningkatkan kewaspadaan hingga ke tingkat maksimal. Maju lebih jauh sambil bersembunyi sebisa mungkin, dia merasakan sebuah tanda tidak menyenangkan di sisi kirinya. Dia mengarahkan lampunya ke arah tersebut. Seekor kadal kelabu dengan panjang sekitar 2m sedang menempel pada dinding, memelototi Hajime dengan matanya yang keemasan.
Mata keemasan tersebut mulai bercahaya. Pada detik itu,
"Ugh!?"
Lengan kiri Hajime mulai mengeluarkan suara aneh dan menyadari bahwa lengan tersebut membatu. Saat itu juga, lampu yang terikat pada lengannya juga segera membatu sepenuhnya, dan pecah menjadi jutaan keping. Dengan sumber cahaya yang menghilang, kegelapan menguasai area itu lagi. Proses membatu di sisi kirinya telah mencapai bahunya.
Hajime mendecakkan lidahnya sambil mengeluarkan sedikit air suci dari sarung senjata di dadanya, yang terbuat dari rambut monster dan kabel. Seperti yang diduga, proses membatu itu berhenti dan dengan cepat lengan kirinya kembali normal.
Pasti makhluk itu yang telah melakukannya! Dia mengutuk dalam hati, dan mengeluarka sebuah granat cahaya dari kantung pinggangnya. Hajime melemparkanny ke arah kadal bermata emas itu. Pada saat yang sama, mata keemasan tersebut mulai bercahaya lagi dalam kegelapan. Hajime meninggalkan area tersebut menggunakan "Flicker" dan tidak melihat tatapan makhluk tersebut. Batu di belakang di mana Hajime tadinya berada, berubah warna. Segera, batu tersebut rontok seakan layu. Wicked Eyes of Petrification, itulah yang Hajime kaitkan dengan mata keemasan tersebut. Kadal ini seperti seekor basilisk yang sering dilihat di permainan RPG.
Hajime menutup matanya sambil mengeluarkan Donner dan mengacungkannya.
Bang! Sekelilingnya dipenuhi dengan cahaya benderang saat granat cahaya tersebut padam.
"Ku—ua!"
Untuk makhluk yang tumbuh besar dalam kegelapan, ini adalah pertama kalinya baginya untuk mendapatkan cahaya sebanyak itu, dan hal tersebut membingungkannya. Sosok dari basilisk yang bingung itu muncul dari dalam kegelapan. Hajime menembak tanpa berpikir. Dia membidik dengan baik dan segera peluru tersebut menemukan targetnya di tengkorak basilisk itu. Isi otaknya menyembur ke dinding saat kepalanya meledak menjadi potongan-potongan kecil. Peluru itu terus menembus kepala ke dinding, dan suara batu-batu yang terbakar dapat terdengar. Karena kekuatan elektromagnetik yang digunakan untuk mempercepat peluru, tempat yang terkena serangan mengeluarkan temperatur tinggi. Itu adalah hawa panas yang hebat. Saat ini, hanya bijih logam Tauru yang dapat menahannya.
Hajime mendekati basilisk tersebut sambil tetap waspada dengan sekelilingnya. Dengan cepat dia mengiris daging dari bangkai monster itu dan meninggalkan area tersebut. Dia tidak merasa aman untuk makan di area dengan begitu sedikit yang dapat dilihat. Hajime memutuskan untuk terus maju dan melanjutkan pencariannya untuk sementara ini.
Dia menelusuri selama berjam-jam tapi dia tidak dapat menemukan tangganya. Banyak bijih logam yang terkumpul dan monster yang dibunuh selama ini. Karena merepotkan untuk membawa semuanya, dia membuat sebuah pangkalan untuk dirinya sendiri.
Saat dia menemukan tempat yang pas, dia menggunakan transmutasinya untuk menciptakan sebuah ruang. Dia dapat membuat pangkalannya tanpa masalah sedikit pun. Hajime terus mentransmutasi sampai dia mendapatkan ruangan seluas 6 tatami1. Tidak lupa, dia menempatkan sebuah bijih pucat sebesar bola basket di ceruk lubang di dinding. Bijih ini adalah God's Crystal. Di bawah bijih tersebut ditempatkan sebuah wadah untuk menampung tetesan airnya.
Hajime mulai menyebut kristal ini sebagai "Potion Stone" dan air sucinya sebagai "Potion". Itu benar-benar sama halnya dengan yang ada di game, tapi efeknya lebih kuat.
"Yah, ayo makan."
Hajime mengeluarka daging dari ranselnya. Dia menggunakan kekuatan petirnya untuk memasak daging-daging tersebut. Menu hari ini adalah daging basilisk, seekor burung hantu dengan bulu yang seperti senapan, dan seekor kucing berkaki enam. Tanpa bumbu.
"Selamat makan."
Setelah sesaat memakannya, rasa sakit mulai muncul di tubuhnya. Tubuhnya sedang diperkuat. Kelihatannya monster-monster ini lebih kuat dari si beruang. Sudah jelas bahwa lingkungan dan kegelapan membuatnya menjadi menyusahkan. Hajime tidak benar-benar merasakannya karena Donner dapat meledakkan siapapun mereka.
Meminum "Potion", dia meneruskan makan sambil mengabaikan rasa sakitnya. Rasa nyeri bayangan kembali muncul dan semakin terasa kuat.
"Nyam, fyuuh—. Terima kasih atas makanannya. Nah sekarang, Status…"
Dia mengeluarkan Status Platenya saat berkata demikian. Statusnya saat ini adalah…
Nama | Nagumo Hajime | Usia | 17 Tahun |
Jenis Kelamin | Pria | Level | 23 |
Class | Transmutation Artist (Synergist) | ||
Strength | 450 | Vitality | 550 |
Resistance | 350 | Agility | 550 |
Magic | 500 | Magic Resistance | 500 |
Skills | |||
Transmutation
Magic Manipulation Iron Stomach Lightning Clad Divine Step
Air Claws Night Vision Perception Petrification Resistance Language Comprehension |
Statusnya meningkat seperti yang diduganya. Dia juga mendapatkan tiga skill baru. Saat itulah dia menyadari bahwa dia dapat melihat sekitarnya dengan lebih jelas. Ini sepertinya berkaitan dengan "Night Vision". Dungeon ini suasananya kelam, dan pada tingkat ini adalah sebuah keuntungan. Sisanya adalah skill pasif. Sayangnya, skill yang dia dapat dari basilisk adalah "Resistance" dan bukannya skill "Petrification"—Wicked Eyes of Petrification! Dia merasa kecewa karena melewatkan skill keren semacam itu.
Hajime mulai mentransmutasi untuk mengisi kembali persediaannya. Hanya untuk membuat satu peluru, dia membutuhkan banyak konsenstrasi. Prosesnya membutuhkan presisi yang sangat tinggi. Benda tersebut harus pas dengan sempurna ke dalam cincin peluru Donner. Berapa banyak propeler yang dibutuhkan, dengan hati-hati dipadatkan dan diukur. Satu butir peluru dapat memakan waktu 30 menit untuk membuatnya, dan dia berpikir bahwa dia sudah sangat terampil dalam prosesnya. Dia mengagumi dirinya sendiri karena dapat menunjukkan kekuatan sehebat itu saat di antara hidup dan mati.
Kekuatannya menakutkan, tapi membutuhkan waktu dan usaha untuk menggunakannya. Dia tidak kehilangan semangat karena dia dapat melatih transmutasinya sambil membuatnya. Berkat kegiatan membuat peluru ini, dia dapat menghilangkan kotoran dan memisahkan mineral dengan mudahnya; menggabungkan mineral juga menjadi lebih mudah. Satu-satunya tandingan skill transmutasi Hajime adalah kepala perajin di Kerajaan.
Hajime meneruskan transmutasinya dalam keheningan. Dia masih belum meneruskan ke bawah satu tingkat. Tidak diketahui ke manakah jurang ini akan mengarah. Saat transmutasinya selesai, dia berencana untuk meneruskan pencariannya. Kembali ke rumah secepat mungkin adalah misinya. Hajime membuat sebuah ekspresi saat dia menyatakan misi itu pada dirinya sendiri. Di dalam kegelapan jurang tersebut dengan cahaya pucat dari "Potion Stone", sebuah wajah penuh tekad terlihat.
Kecuali ketika saat-saat dia perlu untuk mengisi kembali persediaannya di pangkalan, Hajime meneruskan eksplorasinya. Tidak diketahui kapan dia beristirahat saat dia menelusuri labirin luas itu. Kegelapa bukan lagi masalah dengan "Night Vision"nya, dan dia dapat merasakan keberadaan makhluk apapun dalam jarak 10m di sekitarnya karena skill "Perception". Dengan skill-skill ini, dia dapat mempercepat pencariannya.
Akhirnya, dia menemukan tangga. Dia menuruni tangga itu tanpa sedikit pun keraguan.
Pada tingkatan ini, tanah sepertinya menjadi semacam rawa lengket. Sangat sulit untuk bergerak dengan kakinya yang terperangkap. Mengerutkan alis, dia menciptakan landasan-landasan untuk berjalan dengan "Air Walk"nya dan meneruskan pencarian.
Hajime terus maju sambil memeriksa mineral di sekitar dengan skill "Mineral Perception"nya. Dia menemukan sebuah mineral menarik saat pengamatannya.
Fulham Ore |
Bijih hitam berkilau. Saat dileburkan, benda ini menjadi semacam aspal. Titik didihnya berada pada suhu 50oC. Dalam bentuk aspal, titik pembakarannya berada pada suhu 100oC. Panas dari pembakarannya dapat mencapai suku 3000oC. Waktu pembakaran tergantung dari banyaknya aspal. |
"…Tidak mungkin."
Hajime menyunggingkan senyuman kaku dan mengangkat kakinya perlahan. Dia menginjak cairan mirip aspal di lantai beberapa kali, dan benda itu menetes dari sepatu botnya. Cairan mirip aspal ini menutupi seluruh lantai di tingkat ini dan itulah yang membuatnya seperti rawa.
"A-Aku tidak bisa menggunakan pistolku…"
Meskipun dia tidak yakin bahwa pistolnya dapat menghasilkan panas setinggi 100oC, dia tidak ingin secara tidak sengaja memicu rangkaian kebakaran pada suhu 3000oC di seluruh lantai tingkat ini. Bahkan dengan "Potion" sekalipun, dia tidak yakin dia dapat selamat.
"Aku tidak bisa menggunakan railgun-ku ataupun "Lightning Clad"."
Donner adalah senjata yang kuat. Bahkan tanpa kekuatan elektromagnetis, benda ini dapat menghasilkan cukup kekuatan dari bijih Combustion. Setidaknya saat mempertimbangkan monster-monster normal. Sebagai contohnya, melawan Traum Soldier, sudah cukup Donner yang melemah untuk menghadapinya. Ini mungkin memberikan sejumlah dampak serangan pada Behemoth. Monster-monster di jurang ini sama sekali berbeda. Monster-monster di lantai lebih tinggi hanya sekedar hewan. Bisakah dia benar-benar mengalahkan monster di lantai ini hanya dengan Donner-nya yang cacat?
Saat pikiran meresahkan itu terlintas di benaknya, ujung bibirnya tertarik naik.
"Tidak masalah, itu tidak mengubah apa yang harus kulakukan. Hanya bunuh dan makan saja."
Hajime meneruskan penjelajahannya setelah menguni "railgun" dan "Lightning Clad"nya.
Sebuah persimpangan dengan tiga jalur terlihat setelah menjelajah sedikit. Dia melangkah ke arah jalur sebelah kiri untuk memeriksan dinding-dinding terdekat.
Pada saat itu.
Clash!
"Ugh!?"
Seekor monster seperti hiu melompat keluar dari dalam aspal; menunjukkan mulut besar dengan barisan gigi-geligi yang tajam. Monster itu mengatupkan rahangny pada kepala Hajime. Dengan segera, Hajime membungkuk dan menghindari rahang tersebut, tapi hal tersebut membuatnya gemetar.
("Perception" tidak merasakannya!)
Sejak dia mendapatkan skill tersebut, Hajime telah terus menerus memakainya. Skill ini seharusnya dapat mendeteksi monster apapun dalam jarak 10m. Akan tetapi, dia tidak dapat merasakan hiu itu sama sekali.
Dengan suara plung, hiu itu kembali ke dalam aspal, dan Hajime tidak dapat merasakannya lagi.
(Sial! Aku sama sekali tidak dapat merasakannya!)
Hajime menggertakkan gigi karena keadaan masalah yang tak dapat dipahaminya ini. Dia berhenti untuk secepatnya menggunakan skill "Air Walk"nya.
Seakan membidik untuk saat yang tepat itu, hiu tersebut melompat keluar lagi.
"Jangan meremehkanku!"
Hajime menembak hiu tersebut yang sedang berada di tengah udara saat dia melompat dan berjungkir balik. Udara terbelah saat peluru ditembakkan dari Donner, tapi itu tidaklah cukup untuk menembus musuh. Tembakan tersebut sangat tepat waktu dan mengenai hiu di bagian belakangnya.
Akan tetapi,
"Sial! Seperti inikah jadinya?"
Peluru tersebut seperti karet bagi hiu itu, dan hanya membuat sisiknya penyok saat terpantul. Sisiknya sendiri sepertinya dapat mengurangi dampak serangan fisik.
"Ugh!"
Memanfaatkan momentum yang dimilikinya, makhluk tersebut melompat ke dalam aspal. Hiu tersebut membalikkan badannya sendiri dengan mengagumkan dan mengarah ke area di mana Hajime akan mendarat setelah berjungkir balik. Hajime entah bagaimana dapat menghindarinya dengan meliukkan badannya, tapi hiu itu mendapatkan sebagian kecil dari panggulnya. Dengan terkejut, Hajime terjatuh ke dalam aspal. Dia segera berdiri dan melompat ke udara, dengan seluruh tubuhnya yang berwarna hitam karena aspal. Hiu tersebut muncul dari bawah tempat Hajime sebelumnya dan mengatupkan rahangnya rapat-rapat.
Hajime mengeluarkan keringat dingin saat dia melompat melewati udara dengan "Air Walk". Bahkan di saat dirinya terpojok pun, wajahnya tetap tersenyum.
"Ayo sini!"
Dia tidak pernah berhenti bergerak saat dia menggunakan "Air Walk". Dia sedang mencari kesempatan untuk menyerang. Menunjukkan konsentrasi yang terasah selama berlatih transmutasinya. Saat konsentrasinya meningkat, dia mengenyahkan setiap pikiran dan sekelilingnya yang tidak diperlukan. Sekalipun "Perception" tidak dapat merasakannya, itu bukanlah masalah. Pada awalnya, dia bahkan tidak memiliki kemampuan tersebut. Hiu itu pasti akan menunjukkan dirinya saat menyerang.
Hajime terus melompat berkeliling sambil berkonstrasi. Tiba-tiba salah satu pijakannya membuatnya kehilangan keseimbangan. Hiu tersebut tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dan menyambar dari belakang di titik buta Hajime.
"Kebodohan, membantu."
Segera, Hajime menyusun kembali keseimbangannya yang goyah. Dengan hiu tersebut yang berada di atas udara saat dia menyerang, Hajime mengeluarkan Donner dengan tangan kanannya.
Darah memercik ke lantai saat bagian panggul hiu itu tercabik dan jatuh di atas aspal. Hiu tersebut berjuang saat dia tercebur ke dalam aspal.
Hajime sengaja menunjukkan sebuah kelemahan untuk memancing hiu itu, jadi dia dapat memperhitungkan waktu dan menempatkan tembakannya. Dia tidak menembakkan Donnernya seperti biasa. Dia telah memasukkan sihir "Air Claws" ke dalam peluru, skill yang dia dapat dari si beruang.
Mendekati si hiu yang ambruk, Hajime mengacungkan Donner ke arah kepala makhluk itu. Dengan "Air Claw", dia membelah kepala hiu tersebut. Sekalipun dia tidak dapat memunculkan tiga cakar seperti si beruang, tapi ketajamannya jauh melampaui pedang terkenal manapun di dunia ini. Sihir ini sangat berguna jika mereka berada dalam jangakauan.
"Jadi, ayo cek kenapa aku tidak dapat mendeteksinya."
Hajime menjilat bibirnya saat berkata begitu.
Setelah memotong hiu itu untuk mendapatkan dagingnya lalu menyimpannya, dia meneruskan penjelajahannya sampai dia menemukan tangga.